Ini Kronilogi Meninggalnya Bayi 11 Bulan di RS. Bakti Timah
0 menit baca
SERGAPNEWS.COM, BABEL - Keluarga almarhum bayi 11 bulan bernama Al Zayan bin Aripianto mengungkapkan kronologi lengkap sebelum sang cucu menghembuskan napas terakhir di Rumah Sakit Bakti Timah. Penjelasan disampaikan langsung oleh kakek korban, yang merasa pelayanan medis terhadap cucunya tidak maksimal hingga menyebabkan duka mendalam bagi keluarga.
Menurut penuturan sang kakek, peristiwa itu berawal sekitar pukul 21.00 WIB, ketika cucunya mengalami muntah dan diare. Ia bersama anak dan menantunya segera membawa Al Zayan ke IGD RS Bakti Timah. Setelah diperiksa, dokter mendiagnosis sang bayi menderita muntaber dan harus menjalani rawat inap. Petugas medis kemudian memasang infus di kaki korban. Namun, saat menunggu ruang perawatan, kondisi bayi semakin memburuk.
Selama kurang lebih empat jam, dari IGD menuju ruang rawat inap, keluarga menilai tidak ada penanganan serius. Bayi terus mengalami buang air besar berulang kali hingga puluhan kali, bahkan sempat lepas infus. Keluarga mengaku berulang kali melapor, tetapi respons tenaga medis dianggap tidak maksimal. Situasi semakin diperparah dengan adanya dugaan tenaga medis yang sibuk bernyanyi dengan ponsel, tanpa memperhatikan kondisi pasien.
Sekitar pukul 02.00 dini hari, Al Zayan dipindahkan ke ruang rawat inap lantai enam. Kondisinya terus menurun dengan muntah dan diare yang tidak kunjung berhenti. Keluarga menyebut perawat hanya memberikan keterangan singkat bahwa kondisi tersebut hal biasa bagi anak-anak, dan penanganan infus akan dilakukan keesokan harinya. Hingga pukul 04.00 WIB, kondisi korban semakin kritis, tetapi bel panggilan perawat yang ditekan berkali-kali tidak mendapat respons.
Puncaknya, tubuh bayi menjadi kaku dan mata terbuka lebar. Ibu korban panik dan berlari ke IGD sambil berteriak meminta pertolongan. Saat itu barulah tenaga medis melakukan tindakan resusitasi dan pompa pernapasan. Namun, keluarga menyadari tubuh bayi sudah dingin dan tidak bernyawa. Mereka meminta tindakan dihentikan. Pihak medis kemudian menyampaikan dugaan penyebab kematian karena gangguan paru-paru, bukan muntaber. Pernyataan itu kembali dipertanyakan keluarga, yang menilai sejak awal diagnosa dan penanganan tidak tepat.
Dalam suasana duka dan kecewa, keluarga juga menyebut tidak ada inisiatif pihak rumah sakit untuk membantu pemulangan jenazah. Bahkan, keluarga harus menghubungi kerabat dan dibantu pihak Polres Pangkalpinang untuk menjemput jenazah menggunakan ambulans kepolisian. Proses pemulangan pun baru dapat dilakukan setelah hampir dua jam menunggu tanpa pendampingan dari pihak rumah sakit.
Hingga kini, keluarga korban belum menerima surat kematian resmi dari RS Bakti Timah. “Kami meminta keadilan atas meninggalnya cucu kami, Al Zayan. Semoga ada tindakan serius agar kejadian serupa tidak terulang,” tegas kakek korban.
NYL